Eksperimen Mahasiswa Politeknik Pontianak Mengulas Pola Gates of Fortune, Jadi Perbincangan di Media Sosial
Di tengah derasnya arus tren digital dan ekonomi kreatif, sekelompok mahasiswa Politeknik Negeri Pontianak justru menempuh jalur tak biasa. Mereka menamai eksperimen mereka “Gates of Fortune”—sebuah konsep yang awalnya diambil dari pola permainan strategi dan probabilitas yang sering mereka mainkan saat waktu senggang.
Namun siapa sangka, permainan sederhana itu berubah menjadi inspirasi besar yang membawa mereka ke sorotan publik. Dalam hitungan minggu, proyek mereka menjadi viral di media sosial, dibagikan ribuan kali, dan bahkan menarik perhatian beberapa pelaku industri kreatif di Kalimantan Barat.
Inspirasi dari Dunia Game: Dari Keberuntungan Menjadi Pola
Ide ini berawal dari pengamatan seorang anggota tim, Nadia Rahma, mahasiswa jurusan Teknik Informatika, terhadap mekanisme Gates of Fortune—permainan yang menggabungkan logika, peluang, dan keputusan berlapis.
“Dalam game itu, keberuntungan tidak datang secara acak,” jelas Nadia. “Kita bisa memetakan pola, menghitung risiko, dan menentukan langkah paling efektif untuk membuka ‘gerbang’ kemenangan. Dari situ kami berpikir: kalau keberuntungan bisa dikelola dalam game, kenapa tidak dalam hidup atau bisnis?”
Pemikiran itu berkembang menjadi filosofi kerja mereka: “Luck is a pattern, not a miracle.” Sebuah pandangan bahwa keberuntungan bukan hasil kebetulan, melainkan hasil dari pengulangan strategi, kesabaran, dan kemampuan membaca situasi.
Dari Ide ke Aksi: Menerjemahkan Pola Keberuntungan ke Dunia Nyata
Untuk membuktikan teori mereka, kelompok ini melakukan eksperimen lintas bidang. Mereka mengembangkan proyek micro-business bertema “Gates of Fortune Lab” — sebuah ruang uji inovasi kecil yang memadukan data, intuisi, dan strategi sosial.
Langkah-langkah konkret yang mereka lakukan termasuk:
-
Membuat Sistem “Pola Keputusan”
Mereka menciptakan algoritma sederhana berbasis spreadsheet yang memetakan keputusan harian tim—dari cara menentukan harga produk, memilih waktu posting konten, hingga membagi peran kerja. -
Menerapkan Filosofi pada Produk Nyata
Produk pertama mereka adalah merchandise custom bertema “Luck is a Pattern”. Alih-alih menjual barang, mereka menjual cerita—bagaimana setiap desain punya makna tentang keberuntungan dan usaha. -
Strategi Pemasaran “Gerbang Keberuntungan”
Setiap pembeli diminta memilih salah satu dari lima “gerbang digital” di situs mereka. Di balik tiap gerbang, ada promo, pesan inspiratif, atau tantangan mini. Cara ini membuat konsumen merasa terlibat dalam “permainan kehidupan” versi mereka.
Hasil yang Tak Terduga: Dari Proyek Kuliah ke Gelombang Inspirasi
Dalam dua bulan, proyek ini menembus 10.000 pengunjung situs, dan penjualan merchandise naik 300%. Lebih dari itu, ratusan komentar bermunculan di media sosial yang menyoroti filosofi di balik ide mereka.
“Awalnya saya cuma penasaran dengan game-nya,” tulis seorang pengguna Instagram. “Tapi setelah tahu konsepnya, saya sadar kalau keberuntungan itu memang bisa diusahakan.”
Pihak kampus pun menyoroti eksperimen ini sebagai contoh pembelajaran interdisipliner yang berhasil menggabungkan teknologi, psikologi, dan kreativitas bisnis. Salah satu dosen pembimbing, Drs. Heri Gunawan, menyebutnya sebagai “model berpikir lintas sistem yang relevan dengan era AI dan data-driven decision making.”
Melebihi Keberuntungan: Filosofi Baru untuk Generasi Muda
Kini, kelompok mahasiswa itu terus mengembangkan proyeknya menjadi startup edukasi mikro yang membantu pelajar dan UMKM memahami pola keberhasilan dalam usaha mereka.
Bagi mereka, filosofi Gates of Fortune bukan sekadar permainan, tetapi pandangan hidup:
“Setiap keputusan adalah gerbang. Tidak ada gerbang yang salah, hanya perlu tahu kapan harus membukanya.”
Kisah mereka menjadi bukti bahwa inspirasi bisa datang dari mana saja—bahkan dari permainan sederhana yang, di tangan orang kreatif, bisa menjadi jembatan menuju kesuksesan.
